Minggu, 29 Juni 2008

Apakah Menopause Pria Itu Ada?

MITOS atau fakta? Pertama-tama, bersiaplah untuk mendengar kebenaran bahwa pria juga mengalami menopause. Jadi, bukan hanya para wanita saja yang akan mengalaminya, walaupun memang tidak semua pria harus mengalami hal ini. Menopause pada pria dikenal dengan andropause (andro berarti pria ; pause berarti berhenti). Hal ini tidak melulu berbicara tentang perubahan kemampuan reproduksi seseorang, tetapi melibatkan perubahan-perubahan hormonal dan psikologis yang dialami oleh pria berusia antara 40-55 tahun. Hal ini dapat terlihat secara fisik, tetapi sebenarnya berdimensi sosial bahkan spiritual.

Terdapat perbedaan antara menopause pada wanita dengan andropause. Menopause wanita adalah statis, sedangkan pada andropause, hormon testosterone yang bertanggung jawab terhadap kepriaannya tetap berproduksi tetapi menurun drastis. Inilah sebabnya, seorang pria tiba-tiba menjadi lemah dalam segi seksual atau lainnya. Gejala seorang pria mengalami andropause ialah mudah tersinggung, sering uring-uringan tanpa sebab yang jelas, berkeringat pada malam hari dan gampang menjadi lelah. Ciri-ciri fisiknya ialah kulit tampak lebih kering dan bersisik di bagian tangan dan kaki, serta terdapat bintik merah di bagian siku, kulit kadang terasa panas terbakar, kemudian terdapa tkemunduran fungsi seksualitas. Bila semua itu sedang dirasakan, bisa jadi andropause sedang anda alami.

Hal ini kadang menakutkan bagi pria yang tidak tahudan tidak siap menghadapinya. Inilah saat dimana mereka bisa menjadi makin kacau dan benar-benar menimbulkan krisis dalam posisinya sebagai seorang ayah, kakek atau suami.

Sebenarnya, krisis setangah baya seperti inilah yang harus diantisipasi sejak awal. Kalau memang ini harus terjadi pada seorang pria misalnya, cara pandangnya terhadap masalah itulah yang harus dibereskan. Pria itu harus sadar bahwa memang semua orang akan menjadi tua, dan dia harus mengucap syukur karena itu. Uban adalah mahkota, bukan petaka. Pria yang tahu betul siapa dirinya seharusnya dalam keadaan sadar bahwa hidupnya sedang berada di masa ia benar-benar menjadi panutan, sehingga tidak justru menerima ketuaannya dengan berlaku over akting seperti anak muda.

Dalam usia rawan andropause, seorang pria harus memperhatikan bagaimana ia hidup:

PERTAMA DARI SEGI JASMANI

Makanan harus diperhatikan, karena dalam keadaanseperti ini, penyakit dapat dengan mudah mulai menyerang. Jangan mengkonsumsi obat-obatan berbentukapapun yang katanya dapat mengembalikan semangat muda kembali, karena efek yang berlaku biasanya justru akan menambah benang kusut. Kegiatan olahraga harus terus dijalani dengan tidak menyentuh alkohol apalagi rokok.

KEDUA DARI SEGI SOSIAL

Pria harus mulai bersosialisasi dengan lebih luas dalam lingkungannya. Ikut pelayanan atau bakti sosial akan sangat baik efeknya.

KETIGA DARI SEGI ROHANI

Semua buku yang membahas tentang andropause akan menyarankan pria untuk kembali melihat pada hubungannya dengan Tuhan. Bahwa sejak seseorang dilahirkan sampai masa tuanya, ada panggilan hidup tertinggi dalam kehidupan seseorang. Panggilan yanglebih tinggi dari hanya ‘sekedar’ menjadi pekerja, menjadi ayah atau suami, tetapi menjadi makhluk Tuhan yang Ia ciptakan segambar dan serupa denganNya dan dipanggil untuk menggenapi rencanaNya. Itu adalah arti hidup yang sebenarnya. Dengan berada pada posisi ini, maka andropause sekalipun tidak akan lagi menjadi masalah penting dalam kehidupan seorang pria. Setuju? (elsa)

KLINIK MEDITAMA


Seputar Kemampuan Seksual Pria

Kemampuan seksual pria identik dengan ereksi. Begitu pentingnya kemampuan ini, sehingga banyak hal harus dijaga dan diperhatikan oleh para pria.

Berikut ini beberapa hal yang dapat memengaruhi kemunduran seksual pria, menurut Prof. Dr. Djoko Rahardjo, Sp.BU, dari Sub-bagian Urologi, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran UI/RSCM:

1. Usia. Pria usia lanjut biasanya mengalami keadaan yang disebut andropause. Ini adalah masa di mana produksi testosteron berkurang.
2.Diabetes. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan merusak saraf, termasuk pembuluh darah ke daerah reproduksi. Inilah yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ereksi.
3. Hipertensi. Tekanan darah tinggi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sehingga lama kelamaan lumen pembuluh akan menyempit. Kejadian ini tidak hanya di bagian pembuluh jantung atau otak, melainkan juga di bagian genital. Akibatnya, aliran darah ke genital berkurang. Gangguan ereksi pun sangat mungkin terjadi.
4. Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol yang terus-menerus tertimbun dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya dan menyempitnya pembuluh darah. Penyempitan pada penis menyebabkan terjadinya kesulitan ereksi.
5. Gangguan saraf. Parkinson, kencing manis, stroke, dapat menyebabkan menurunnya fungsi saraf. Akibatnya, aktivitas neurotransmitter berkurang dan menurunkan rangsang saraf. Terjadilah gangguan ereksi.
6. Trauma. Trauma yang langsung mengenai daerah kemaluan akan merusak korpus kavernosum, saraf, dan pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan gangguan ereksi.
7. Faktor psikis. Stres entah karena fisik atau psikis mampu melelahkan mental dan menghambat kerja neurotransmitter, sehingga tidak terjadi rileksasi otot polos. Akibatnya, ereksi terganggu.
8. Penyakit infeksi. Infeksi kronis seperti TBC, HIV, hepatitis mengakibatkan kemunduran kerja neurotransmitter dan penurunan kadar estrogen yang kemudian menimbulkan turunnya libido.
9. Obat-obatan. Obat perangsang, narkotika, dan beberapa obat penurun tekanan darah dapat mengganggu kemampuan ereksi.
10. Merokok. Selain dapat memicu kanker paru, juga menyempitkan pembuluh darah.


KLINIK MEDITAMA

Tumor Kulit

Kelainan tumor kulit sering kali timbul tidak disadari penderitanya. Kelainan tumor kulit dapat terjadi pada hampir semua usia. Kejadian tumor kulit semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Tumor kulit umumnya timbul pada kulit yang sebelumnya sudah terdapat kelainan kulit, namun dapat juga timbul pada kulit yang sehat.

Penyebab tumor kulit melibatkan banyak hal. Beberapa hal tersebut disebut faktor predisposisi, antara lain meliputi: radiasi sinar ultraviolet (UVB), radiasi sinar X, bahan kimia karsinogenik (arsen, cobalt, jelaga, coal tar), virus (HPV, HSV), kelainan genetik (sindrom Gorlin, Xeroderma pigmentosum), turunnya imunitas, dll ( luka kronis, jaringan parut, luka bakar, dsb).

Secara garis besar, tumor kulit dibagi menjadi tiga, yaitu: tumor jinak kulit, tumor ganas kulit/kanker kulit, dan kelainan kulit prakanker tumor jinak kulit merupakan pertumbuhan jaringan abnormal pada kulit yang dapat meskipun tidak membahayakan jiwa penderitanya, kelainan ini dapat memperburuk penampilan penderitanya. Sedangkan Tumor ganas kulit merupakan tumor yang bersifat ganas dan dapat membahayakan jiwa penderitanya. Kelainan kulit prakanker merupakan kelainan pada kulit tanpa tanda ganas, namun dalam perkembangannya dapat menjadi keganasan pada kulit / kanker.

Tumor jinak kulit antara lain: keratosis seboroik, keratosis solaris, milium, dan moluskum kontagiosum. Tumar ganas kulit antara lain tumor ganas dari: epitel (KSB, KSS, Ca kelenjar keringat, Ca kelenjar ekrin), melanosit (MM), jaringan lunak (fibrosarkoma, liposarkoma), saraf tepi (schwanoma maligna), limfoid (mikosis fungoides), pembuluh darah (sarkoma kaposi), limfe (limfosarkoma). Sedangkan kelainan kulit prakanker meliputi kelainan prakanker obligat dan fakultatif.

Pencegahan tumor kulit, antara lain dengan menghindari faktor predisposisi terhadap tumor kulit tersebut. Pengobatan sedini mungkin terhadap kelainan tumor kulit emberikan hasil yang lebih baik dibanding pengobatan tumor kulit yang sudah lama. Pengobatan yang dilakukan terhadap tumor kulit adalah sesuai dengan jenis tumor kulit tersebut dan stadium klinisnya. Pengobatan antara lain dengan bedah kulit, elektrokauter, ekspresi, obat suntik, obat minum atau salep.

Dr. Hiendarto, Sp KK
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
KLINIK MEDITAMA

Peeling

Peeling adalah suatu metode perawatan kulit yang bertujuan untuk meremajakan kulit dengan jalan mengelupas bagian atas kulit (kulit ari) yang telah mati. Perawatan kulit dengan metode peeling ini, meskipun dilakukan pengelupasan kulit bagian atas yang telah mati tidak akan mengakibatkan kulit menjadi tipis, karena larutan yang digunakan dalam peeling ini juga dapat menstimulasi pertumbuhan kulit.

Manfaat perawatan kulit dengan metode peeling ini, disamping dapat untuk meremajakan kulit, juga berguna untuk : mengurangi / menghilangkan keriput pada kulit, mengencangkan kulit (kulit menjadi lebih kencang/tidak kendur dan lebih kenyal), mengurangi/menghilangkan flek (bercak) kehitaman pada kulit (seperti misalnya pada melasma, spruteng, flek bekas jerawat, dll), memutihkan / mencerahkan kulit.

Cara/Metode perawatan kulit dengan peeling umumnya dilakukan oleh dokter spesialis kulit. Terdapat berbagai teknik peeling yang aplikasinya disesuaikan dengan kondisi klinis kulit pasien. Secara umum teknik peeling dikerjakan dengan pengolesan larutan peeling pada kulit, yang dilanjutkan dengan pemberian krim nutrisi untuk kulit.

Kapan dilakukan peeling umumnya dapat dimulai sejak usia remaja. Terutama dilakukan pada usia dewasa muda, karena pada usia ini dapat mulai timbul berbagai gejala penuaan dini. Peeling seyogyanya dilakukan setiap sebulan sekali (atau setiap 4-6 minggu). Peeling yang kurang atau lebih dari waktu tersebut hasilnya menjadi kurang optimal.

Perawatan setelah peeling umumnya dilakukan dengan jalan pemberian krim nutrisi tiap malam selama tiga hari. Setelah krim nutrisi berhenti perawatan kulit dilanjutkan dengan pemakaian krim malam. Selama perawatan kulit, tiap hari dianjurkan memakai krim pagi.

Apakah yang perlu diperhatikan pada perawatan kulit dengan peeling? Pada perawatan dengan peeling, sebaiknya tiga hari sebelum dilakukan peeling menghentikan pemakaian krim malam. Namun pemakaian krim pagi tetap dilakukan seperti biasanya. Setelah peeling apabila terjadi keluhan (iritasi, kemerahan, flek bertambah, kulit mengelupas terlalu banyak) secepatnya hubungi dokter kulit, agar dapat dilakukan penanganan dengan tepat.

Dr. Hiendarto, Sp KK
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
KLINIK MEDITAMA

Permasalahan Kulit Kering pada Ruangan ber-AC

Pada saat ini sudah banyak bangunan yang menggunakan penyejuk ruangan atau AC. Ruangan yang ber-AC dapat dijumpai di ruangan tempat kerja, di perkantoran, tempat- tempat umum hingga di perumahan. Memang kebutuhan akan ruangan yang sejuk dan dingin akhir-akhir ini semakin meningkat, karena suhu udara di luar ruangan yang makin panas dan membuat gerah.

Bekerja dalam ruangan ber-AC menjadikan kita tidak merasa gerah sehingga lebih betah berkerja. Namun demikian pada ruangan yang ber-AC umumnya memiliki tingkat kelembaban udara yang lebih rendah (udara menjadi lebih kering). Tanpa kita sadari, udara yang kering ini akan menjadikan air yang terkandung dalam kulit kita mengalami penguapan lebih banyak. Akibatnya kulit juga menjadi kering.

Kulit yang kering, bukanlah kulit yang sehat. Hal ini karena pada kulit yang kering ini mengalami rekahan-rekahan halus (bagaikan tanah sawah yang mengalami kerkeringan). Akibatnya kulit menjadi tampak kusam, bersisik dan terasa gatal.

Gatal pada kulit akan menjadikan kita menggaruk kulit yang gatal tersebut. Garukan pada kulit akan memperparah keadaan kulit, antara lain dapat menyebabkan bekas garukan dan lecet pada kulit. Kulit menjadi lebih mudah mengalami iritasi, alergi dan infeksi karena pertahanan kulit berkurang akibat permukaan kulit yang tidak utuh lagi.

Skematis:

Ruang ber-AC udara kering kulit kering kulit kusam, bersisik, gatal garukan kulit lecet mudah alergi, iritasi, dan infeksi.

Tanya jawab

Bagaimana perawatan kulit yang mengalami kekeringan pada orang yang bekerja / menghabiskan sebagian besar waktunya pada ruangan yang ber-AC?

Untuk perawatan kulit bagi orang yang banyak menghabiskan waktunya di ruangan ber-AC adalah dengan menjaga kulit selalu lembab.

Apakah menjaga kelembaban kulit ini dengan selalu membasahi kulit dengan air agar selalu basah sehingga kulit menjadi lembab?

Menjaga kelembaban kulit bukan berarti dengan selalu membasahi kulit dengan air. Apabila kulit hanya dibasahi dengan air, maka air pada permukaan kulit akan menguap, dan selanjutnya air dalam kulit juga akan menguap, sehingga kulit tetap mengalami kekeringan.

Lalu bagaimanakah caranya mempertahankan agar kulit tidak mengalami kekeringan dan selalu terjaga kelembabanya?

Untuk menjaga agar kulit tetap lembab ini diperlukan pelembab pada kulit. Kulit sebenarnya telah memiliki mekanisme perlindungan untuk menghindari kekeringan. Kulit mengeluarkan minyak dari kelenjar minyak kulit. Minyak kulit ini akan melapisi permukaan luar kulit, sehingga kandungan air dalam kulit menjadi tidak mudah mengalami penguapan. Namun demikian pada kondisi yang ekstrem, seperti dalam ruangan baer-AC, diperlukan pelembab tambahan untuk mengatasinya.


Dr. Hiendarto, Sp KK
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
KLINIK MEDITAMA